Islam Sebagai Solusi Permasalahan Umat |
Konflik-konflik keagamaan yang kian
marak dihadapi, mau tak mau mendorong umat untuk mencari solusi ampuh
dalam mengatasi seluruh ketidaknyamanan
tersebut. Sebagai sebuah agama, Islam memiliki karakteristik, watak dasar,
visi, dan misi yang secara total mengajarkan komprehensif-integralistik
mengenai perlunya umat muslim untuk selalu menyebarkan keselamatan, menciptakan
kesejahteraan, membentuk kedamaian, serta menegakkan perdamaian dalam segala
aspek kehidupan manusia di dunia ini. Islam adalah agama yang di dalamnya
dimuat seperangkat tatanan ajaran dan sitema norma Ilahi, Allah turunkan untuk
membawa misi yang mulia dan luhur dengan tujuan utama untuk mewujudkan salam (keselamatan) dan kedamaian di
antara para manusia. Hal tersebut Allah secara gamblang menegaskan dalam
al-Qur’an Surah al-Anbiya ayat 107 saat mengutus Nabi Muhammad sebagai pembawa
dan pendakwah agama Islam:
Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan menjadi rahmat bagi semesta alam.
Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan menjadi rahmat bagi semesta alam.
Kedatangan Muhammad Sallallaahu ‘Alaihi Wassalaam yang tidak lain adalah sebagai rasul yang
membawa agama Islam merupakan rahmat bagi manusia bahkan bagi makhluk sekalian
alam. Islam bukanlah ‘laknat’ dan ancaman kekerasan melainkan identik dengan
rahmat kesejukan, rahmat keselamatan, rahmat kedamaian, rahmat perdamaian.
Dalam praktik kesehariannya, Islam telah mewajibkan penganutnya untuk
mengucapkan salam perdamaian (assalaamu’alaykum
wa rahmatullaahi wa barakaatuh; semoga keselamatan, rahmat, dan berkah
Allah selalu tercurah kepada Allah) saat berjumpa dan mengucapkan salam setelah
melaksanakan shalat sembari menoleh ke kanan dan kiri. Hal itu dapat dilihat
sebagai simbol dan ajaran bahwa Islam dan seluruh umatnya harus selalu menyemai
dan menabur kedamaian dan keselamatan. Sehingga dapat ditegaskan bahwasanya
segala bentuk terorisme, brutalisme, anarkisme, keberingasan, perusakan, dan
kekesarasan yang dilakukan sekelompok muslim fundamentalis-radikalis yang
mengatasnamakan Islam sesungguhnya amat bertentangan dengan watak dasar, visi
dan misi damai Islam itu sendiri.
Berbicara prinsip, Islam merupakan
agama yang menuntun para pemeluknya di mana pun kapan pun untuk menerapkan
toleransi, menegakkan kerukunan, menciptakan harmoni, dan mewujudkan perdamaian
baik kepada muslim lainnya maupun kepada non-muslim. Namun demikian, Allah
mengizinkan umat Islam untuk membela, mempertahankan diri bahkan memerangi umat
lain yang melakukan serangan, agresi, dan invasi hingga menjadi musuh yang
bertujuan untuk merebut kebebasan, membunuh dan merampas hak-hak muslim. Hal
ini terekam dalam al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 190 yang berarti:
Perangilah di jalan Allah mereka yang memerangi kamu, tetapi janganlah kamu melampaui batas (memulai permusuhan dan melanggar perikemanusiaan) karena Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
Perangilah di jalan Allah mereka yang memerangi kamu, tetapi janganlah kamu melampaui batas (memulai permusuhan dan melanggar perikemanusiaan) karena Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
Berangkat dari firman Allah di atas,
umat Islam yang melakukan perlawanan dan peperangan untuk membela dan
mempertahankan diri, tiada diperbolehkan hingga melampaui batas. Maksudnya,
perang yang dilakukan oleh umat Islam tersebut hanyalah sebagai perimbangan
serta pembelaan diri tidak perlu berlebih-lebihan dan mempraktikan sesuatu yang
melampaui batas. Dalam hal ini, ayat tersebut juga mengajarkan ‘etika’
berperang, yakni sasaran perang jangan sampai melampaui batas, mengenai rakyat
sipil (seperti anak-anak, perempuan, dan orang-orang tua jompo), harta benda,
dan fasilitas umum (rumah ibadah, rumah sakit, atau sekolah) yang harus
dihormati dan dilindungi dari serangan.
Dan berbicara khusus mengenai hal
hubungan antarumat beragama, apabila kita mengacu pada al-Qur’an surat
al-Kafirun ayat 6 “lakum dinukum
waliyadin” yang berarti bagimu agamamu dan bagiku agamaku, sangatlah jelas
bahwa Islam mempersilakan orang lain untuk menganut agama selain Islam.Islam
bahkan sangat melarang penganutnya untuk mengganggu, mengusik, atau mencela
seseorang atau sekelompok orang yang beragama non-Islam. Yang ada, sejatinya
umat Islam itu mengakui ‘keberadaan’ ––bukan ‘kebenaran’ agama lain dengan
berdasarkan prinsip kebebasan beragama dan sikap toleran terhadap
komunitas-komunitas agama non-Islam.
DAFPUS:
Ismail,
Faisal. 2014. Dinamika Kerukunan
Antarumat Beragama. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar