Cepuri Parangkusumo, Yogyakarta |
Malam Satu Muharram atau yang akrab disebut Malam
Satu Suro oleh masyarakat jawa memang merupakan salah satu yang paling menarik
dan dianggap sakral oleh sebagian masyarakat di tanah jawa. Karena pada malam
ini akan sangat mudah dijumpai sesuatu yang berbau mistis. Pada Malam Satu Suro
tempat-tempat yang dikeramatkan oleh warga akan menjadi berkali-kali lipat
lebih ramai dari biasanya oleh para peziarah dengan motif yang bermacam-macam.
Pada
Malam Satu Suro kali ini, 13 Oktober 2015, saya dan beberapa teman tertarik
untuk mengunjungi salah satu tempat yang sudah termasyur di Daerah Istimewa
Yogyakarta, yaitu Pantai Parangkusumo. Masyarakat Yogyakarta memanfaatkan Malam
satu suro unuk menggelar sebuah ritual bernama labuhan sesajian di Pantai yang
berada sekitar 200 kilometer dari komplek Cepuri ini.
Komplek Cepuri memiliki
batu yang sering digunakan untuk menggelar ritual yang diyakini masyarakat
setempat sebagai tempat bertemunya Panembahan Senopati/Danang Sutawijaya yang
merupakan raja mataram pertama dengan Kanjeng Ratu Kidul. Area tempat
bersandingnya dua batu yang dikeramatkan tersebut dinamai Cepuri Parang Kusumo. Batu Kyai Panembahan
Senopati yang lebih besar terletak di sebelah selatan batu Kanjeng Ratu Kidul, yang
keduanya dipagar mengeliling dengan satu pintu/gapura masuk. Menurut cerita
yang beredar di masyarakat Yogyakarta, konon, dahulu sebelum Panembahan
Senopati menjadi raja, beliau pergi ke Pantai Parangkusumo dan duduk di sebuah
batu untuk bertapa, hingga Kanjeng Ratu Kidul muncul dan duduk pada sebuah batu
yang lebih kecil di depannya. Setelah itu Panembahan Senopati megutarakan
permintaannya untuk memerintah Mataram
dan juga meminta kepada Kanjeng Ratu Kidul untuk melindungi dia dan
keluarganya. Kanjeng Ratu Kidul yang jatuh cinta kepada Panembahan Senopati pun
menyetujui dengan syarat Panembahan Senopati mau menikahinya. Dan Panembahan
Senopati pun menyetujuinya dengan juga mengajukan syarat agar pernikahan
tersebut tidak menghasilkan keturunan. Itulah mengapa pantai ini juga sering di
sebut-sebut sebagai ‘pantai cinta’. Hingga akhirnya, Panembahan Senopati pun
benar-benar menjadi Raja Mataram pertama. Cerita inilah yang diduga kuat
melatarbelakangi banyak orang yang berkunjung pada hari-hari tertentu, terutama
Malam Satu Suro untuk memanjatkan do’a dan berharap Doanya terkabul seperti
Panembahan Senopati.
Sejak pukul 19:30 waktu
setempat ratusan warga telah memenuhi kawasan Cepuri. Tidak hanya masyarakat
wilayah Yogyakarta, masyarakat dari berbagai daerah diluar Jawa pun turut
antusias berpartisipasi dalam acara tahunan ini. Saya bahkan bertemu dengan
salah seorang pengunjung dari Pontianak, Kalimantan Timur yang mengaku ini
adalah kali kedua ia berkunjung ke Pantai Parang Kusumo di malam satu suro.
Saya juga bertemu seorang pengunjung bernama Sumarjan, dari Klaten, Jawa Tengah
yang mengaku selalu melakukan ritual di Cepuri dan melabuh sesajian di Pantai
Parangkusumo ini. Menurutnya, ritual malam satu Suro yang telah dilakukan
secara turun temurun mempunyai fungsi agar di kehidupan mendatang dijauhkan
dari berbagai bencana, sakit dan diberikan kelancaran dalam menjalani aktivitas
sehari-hari.
"Ya kita berdoa
agar ada kelancaran dalam hidup mendatang," ungkapnya.
Menurut penuturan
narasumber yang saya wawancarai, tidak hanya pada Malam Satu Suro, Cepuri
Parangkusumo juga akan ramai pengunjung setiap malam selasa kliwon dan jum’at
kliwon. Karena menurut kepercayaan orang jawa pada hari-hari itu adalah hari
yang keramat atau mempunyai energi yang kuat. Maka mereka percaya, bahwa
hari-hari tersebut cocok dan tepat untuk melakukan ritual labuhan.
Saat saya menanyai apa
tujuan mengunjungi Cepuri Parangkusumo. Sebagian besar dari mereka menjawab
dengan susunan kalimat yang agak berbeda namun memiliki makna yang sama yaitu:
‘berdo’a agar dalam kehidupan diberikan kelancaran, rejeki, kesehatan dan
dijauhkan dari hal-hal yang buruk yang mungkin saja akan menimpa mereka di
tahun mendatang.
Bambang Legowo selaku
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Pemkab Bantul, menyatakan kunjungan
wisata ke pantai Parangtritis-Parangkusumo saat malam Suro tahun 2015 ini tidak
seramai tahun 2014 silam. Gencarnya syiar agama belakangan ini ditengarai turut
memicu penurunan jumlah wisatawan.
Saya pribadi jujur saja
menarik satu nafas lega saat mengetahui informasi ini, terbesit senyum syukur
atas kenyataan yang saya dapati tersebut. Bagaimana tidak, itu artinya ada
kemungkinan masyarakat—dalam hal ini umat Islam, yang sudah mulai mengetahui
apa yang seharusnya mereka jauhi dan tidak mereka lakukan.
Sudah sejak lama, saya
yang notebene seorang Muslimah sejak lahir, merasa risih akan hal-hal berbau
kesyirikan yang dibumbui oleh embel-embel budaya agar terselubung dan memeluk
masyarakat luas. Namun tetap saja, sepasang mata saya masih bisa menangkap
dengan jelas mengenai masih sangat banyak mereka yang mengaku beragama Islam
tapi masih melakukan ritual di Cepuri Parangkusumo. Hal ini tentu saja membuat
saya merasa miris akan keadaan umat yang tidak lain adalah saudara saya
sendiri, sebagai sesama muslim. Saya sadar tidak ada hak untuk men-judge bahwa orang ini salah dan orang
ini benar, hanya saja pemahaman saya sejauh ini memberikan respon yang negatif
kepada umat Islam yang seolah menggantungkan diri kepada selain Rabb-Nya, Allah
Subhanahu Wata’ala. Kelemahan iman dan
kemalasanlah yang lagi-lagi menjadi faktor utama mereka melakukan hal-hal
seperti itu. Mereka cenderung memilih jalan pintas daripada harus kerja keras.
Selain itu, dampak dari alasan ataupun motif mereka
melakukan ritual di Cepuri dan sejenenisnya sebagian besar menjurus kepada hal-hal
yang dapat mengotori aqidah seperti: bertawakal bukan kepada Allah (Q.S. Al-Maidah (5) ayat 23) ,
tidak mengakui karunia Allah (Q.S. Luqman (31) ayat 20), beramal kepada selain Allah (Q.S. Al-An’am (6) ayat 162-163),
ta’at secara mutlak kepada selain Allah dan Rasul-Nya Q.S. Al-Maidah (5) ayat 23 . Dan yang
lebih parah dari kotornya aqidah mereka adalah kesyirikan yang bisa
membinasakan mereka. Seperti Menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal-hal yang
merupakan kekhususan Allah, seperti berdoa kepada selain Allah disamping
berdo’a kepada Allah.
Firman Allah
dalam Al-Qur’an yang menjelaskan ruginya orang yang melakukan kesyirikan:
a) QS Luqman
(31):13
Artinya: “Dan ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
Artinya: “Dan ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
b) QS
Al-Maidah (5):72
Artinya: “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam”, padahal Al Masih berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu.” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.”
Artinya: “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam”, padahal Al Masih berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu.” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.”
c) QS
Al-An’am (6):88
Artinya: “Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.”
Artinya: “Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.”
d) QS Az-Zumar (39):65
Artinya: “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada yang sebelummu, “Jika kamu mempersekutukan, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.”
Artinya: “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada yang sebelummu, “Jika kamu mempersekutukan, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.”
e). QS At-Taubah (9):5
Artinya: “Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang.”
Artinya: “Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang.”
Semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang bertaqwa
dengan sebenar-benarnya taqwa, serta menjadi bagian dari Negara kesatuan
Republik Indonesia dengan status mayoritas muslimnya, yang dapat menyikapi
segala sesuatu dengan baik dan benar, yang dapat memfilter mana adat dan budaya
yang harus dilestarikan dan mana yang cukup di jadikan sejarah dan pelajaran
saja.
Wallahu A'lam Bishawab.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar